Lompat ke konten

Nagaloka – FINSPAC Speleo Research

  • oleh

Pulau Bali terbentuk dari tumpukan gunung api. Seperti daerah lainnya di Indonesia, Pulau Bali merupakan bagian dari jalur Cincin Api yang membentang di sepanjang Samudera Pasifik. Kehadiran gunung-gunung api ini menyisakan misteri. Kawasan Gunung Lesung dan Gua Nagaloka memberikan jawaban atas rasa keingintahuan. Belum pernah ada tim yang melakukan penelitian di gua ini. Perlahan tapi pasti, speleologi telah membukakan jendela dunia bawah tanah sekaligus menjadi hadiah bagi ilmu pengetahuan. HIKESPI menjadi tim pertama yang menelusuri, meneliti, memetakan gua vulkanik ini dan membuktikan bahwa Gua Nagaloka merupakan gua vulkanik terdalam di Indonesia.

Gua Nagaloka berada di punggungan Gunung Lesung kawasan Cagar Alam BatuKahu, Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, merupakan gua vulkanik vertikal dengan total kedalaman yang telah ditelusuri mencapai -250,43 meter, diukur dari titik awal tambatan pemasangan lintasan tali (rigging) dengan ketinggian permukaan 1765 mdpl. Berdasarkan observasi, titik ini dipilih karena merupakan lintasan yang paling aman untuk melakukan penelusuran. Mulut gua (entrance) berupa lubang besar menyerupai lubang yang amblas (collapsed) dengan vegetasi yang padat. Pohon besar berkayu, semak dan perdu serta paku epifit tumbuh lebat di sekeliling mulut gua yang sekilas menyamarkan adanya lubang. Secara umum lorong gua berbentuk vertikal sumuran (pothole) dengan adanya beberapa teras miring/slope sehingga bisa dikategorikan gua vertikal berundak (multipitch). Mulut gua (entrance) berbentuk menyerupai corong. Lorong didominasi oleh vegetasi yang lebat dengan sedimen tanah dan batuan lepas. Penelusuran memerlukan keterampilan teknik gua vertikal dengan metode Single Rope Technique (SRT) dengan tingkatan ahli.
Karakteristik fisik Gua Nagaloka, merupakan gua vertikal multipitch, dengan berbagai variasi lebar lorong. Selain itu, gua ini berada di formasi batuan yang tidak stabil, permukaan mulut gua rawan erosi, terdapat area lantai dan dinding dengan sedimen dan endapan material yang rapuh dan banyak terdapat batuan yang tajam. Di dasar gua, terdapat kolam statis (static pool) dengan kedalaman +10 m. Kondisi fisik tersebut membutuhkan teknik Single Rope Technique (SRT) yang harus dilakukan oleh ahli gua berpengalaman yang juga memiliki kemampuan menganalisis kondisi gua dan berpengalaman dengan alat-alat penelusuran yang kompleks.
Karakteristik gua demikian, dalam perspektif antroposentrisme dapat memberikan bahaya-bahaya penelusuran yang mengancam keselamatan penelusuran. Bahaya-bahaya yang ditemui antara lain adalah terpeleset atau jatuh karena kondisi gua yang lembab dengan mulut gua berbentuk vertikal dan kondisi dinding gua yang basah sehingga licin dan rapuh sehingga tidak ada tempat berpijak atau berpegangan. Kondisi gua yang rapuh juga meningkatkan risiko batu lepasan yang berpotensi menimpa penelusur. Terlebih, tidak ada tempat aman karena seluruh bagian gua terkoneksi langsung satu sama lain dalam satu lorong vertikal yang menyerupai sumuran. Banyaknya batuan tajam juga menimbulkan risiko pada alat terutama ketika proses rigging, pemilihan tambatan (anchor) harus tepat supaya tali tidak mendapatkan friksi dengan batuan.
Lokasi gua yang berada di ketinggian 1765 m dpl juga menghadirkan risiko tersendiri. Suhu udara yang relatif rendah dapat menyebabkan penelusur kedinginan hingga hipotermia terlebih di kolam statis akhir. Tekanan udara dan kadar oksigen di ketinggian yang tipis juga menimbulkan risiko kelelahan (fatigue) dan lokasi gua yang harus dicapai dengan menempuh jalur tracking juga dapat mendorong penelusur gua lebih cepat lelah. kondisi gua yang jauh dan dengan vegetasi yang rapat juga menjadi risiko tersendiri.

Nagaloka – FINSPAC Speleo Research
Waktu: 14 – 18 Agustus 2024 (Tim berhasil mencapai dasar gua pada 16 Agustus 2024).
Jumlah tim: 12 orang penelusur, 18 orang pendukung.
Kedalaman: -250 meter + kedalaman kolam -10meter.

Nagaloka, semesta para naga. Nagaloka, gua vulkanik terdalam (di dunia)?

*Artikel ini dikutip dari laporan majalah Nagaloka – FINSPAC Speleological Research.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× WhatsApp Me